Headlines News :

    gadis pemulung cantik dari china

    Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, maka persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja di China amat sangat keras dan sulit. Rupa yang cantik dan menawan belum tentu menjamin seseorang mendapat pekerjaan yang layak di China.

    Seperti yang terjadi pada gadis cantik yang tidak mau disebutkan namanya saat ditemui oleh seorang kawan di Nanjing. Dia terpaksa menjadi pemulung karena tidak mendapatkan pekerjaan walaupun dia lulusan sekolah menengah atas.




    Kalau di Indonesia, gadis secantik ini walaupun pendidikannya rendah pasti sudah jadi bintang sinetron.

    fadhilah shalat tarawih


    Seperti yang diriwayatkan oleh Sayidina Ali bin Abi Thalib R.A bahwa Rasulullah Saw. Ditanya tentang fadilah (keutamaan) Sholat Tarawih di Bulan Suci Ramadhan. Kemudian Rasulullah bersabda:
    1. Barang Siapa yang melaksanakan shalat Tarawih pada malam pertama ( 1 Ramadhan ), Allah Swt . akan mengampuni dosanya seperti bayi baru dilahirkan ibunya.
    2. Barang siapa yang melaksanakan sholat tarawih pada malam ke 2, allah swt Akan mengampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya.
    3. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada malam ke 3, Malaikat akan memanggil dari bawah Arsy dan Allah akan mengampuni dosa-dosanya terdahulu.
    4. Barang siapa yang melaksanakan sholat tarawih pada malam ke 4 , maka pahalanya seperti pahala orang yang membaca kitab taurat,kitab jabur,kitab injil, dan Kitab Alqur’an
    5. Barang siapa yang melaksanakan shalat Tarawih pada malam ke 5, Allah akan memberikan pahala seperti orang yang sholat dimasjidil haram dan masjidil aqso
    6. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada malam ke 6 , allah akan memberikan pahala seperti orang yang thowaf di baitul ma’mur dan Allah akan mengampuni dosanya.
    7. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada malam ke 7, allah akan memberikan pertolongan seperti pertolongan allah kepada nabi musa A.S dari fir’aun dan Hamman.
    8. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 8 , allah akan memberikan pahala seperti pahala yang telah Allah berikan kepada nabi Ibrahim As
    9. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 9, Allah akan memberikan pahala seperti pahala ibadahnya Nabi Muhammad SAW
    10. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 10, Allah akan memberikan rizki kebaikan dunia akhirat.
    11. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 11, maka ketika ia keluar dari dunia seperti baru dilahirkan dari perut ibunya.
    12. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 12, maka ia datang pada hari kiamat dan wajahnya seperti bulan purnama
    13. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 13, maka ia akan datang pada hari kiamat diselamatkan dari setiap kejelekan .
    14. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 14, malaikat akan datang dan mereka bersaksi bahwa dia shalat tarawih. Maka allah tidak akan menghisabnya pada hari kiamat.
    15. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 15, malaikat rohmat , Arsy, dan kursy akan membaca shalawat kepadanya.
    16. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 16, Allah akan menulisnya bebas dari neraka dan masuk ke dalam surga .
    17. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 17. Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala para nabi.
    18. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 18, Malaikat akan memanggilnya : “Wahai Hamba Allah, sesungguhnya Allah Ridho pada engkau.
    19. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 19, Allah akan mengangkat derajatnya dalam surga firdaus.
    20. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 20, Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala para sahabat.
    21. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 21, Allah akan membangun Rumah untuknya disurga yang terbuat dari cahaya.
    22. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 22, ia akan datang pada hari kiamat dan diselamatkan dari berbagai kesusahan.
    23. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 23, Allah akan membangun sebuah kota disurga untuknya.
    24. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 24, Allah akan mengabulkan dari 24 Doanya.
    25. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 25, Allah akan mengangkat baginya dari siksa kubur.
    26. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 26, Allahk akan mengangkat pahalanya selama 40 tahun.
    27. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 27, ia akan berjalan di jembatan shirothol mustaqim bagai kilat yang menyambar.
    28. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 28, Allah akan mengangkatnya 1000 (Seribu) derajat didalam surga.
    29. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 29, Allah akan mengabulkan 1000 (Seribu) Hajatnya.
    30. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 30, Allah berfirman, “Wahai Hambaku, makanlah dari buah buahan surga dan mandilah disungai salsabil dan minumlah dari telaga kautsar” kemudian Allah Berfirman : “ aku tuhanmu dan engkau hambaku.
    sumber: kitab durratun nasihin

    Perancang Lambang Burung Garuda Ri

    SEPANJANG orang Indonesia, siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.
    Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.
    Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
    Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda. Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA. Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar – karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat di marah. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara.
    Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
    Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
    Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
    Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak. Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
    Turiman SH M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak yang mengangkat sejarah hukum lambang negara RI sebagai tesis demi meraih gelar Magister Hukum di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya tersebut bisa membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang lambang negara. “Satu tahun yang melelahkan untuk mengumpulkan semua data. Dari tahun 1998-1999,” akunya. Yayasan Idayu Jakarta, Yayasan Masagung Jakarta, Badan Arsip Nasional, Pusat Sejarah ABRI dan tidak ketinggalan Keluarga Istana Kadariah Pontianak, merupakan tempat-tempat yang paling sering disinggahinya untuk mengumpulkan bahan penulisan tesis yang diberi judul Sejarah Hukum Lambang Negara RI (Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara dalam Peraturan Perundang-undangan). Di hadapan dewan penguji, Prof Dr M Dimyati Hartono SH dan Prof Dr H Azhary SH dia berhasil mempertahankan tesisnya itu pada hari Rabu 11 Agustus 1999. “Secara hukum, saya bisa membuktikan. Mulai dari sketsa awal hingga sketsa akhir. Garuda Pancasila adalah rancangan Sultan Hamid II,” katanya pasti. Besar harapan masyarakat Kal-Bar dan bangsa Indonesia kepada Presiden RI SBY untuk memperjuangkan karya anak bangsa tersebut, demi pengakuan sejarah, sebagaimana janji beliau ketika berkunjung ke Kal-Bar dihadapan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan anggota DPRD Provinsi Kal-Bar.**
    Sultan Hamid II Pencipta Burung Garuda
    Syarif Abdul Hamid Alkadrie yang bergelar Sultan Hamid Alkadrie II dan Sultan ke 8 Pontianak, Kalbar ini adalah pencipta Burung Garuda. Sultan Hamid juga orang Indonesia pertama yang berpangkat tertinggi di dunia militer.
    Pontianak: Nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie memang kurang dikenal di Tanah Air. Padahal, tokoh nasional dari Pontianak, Kalimantan Barat ini adalah pencipta lambang negara Indonesia, Burung Garuda.
    Selain pencipta lambang negara, Syarif yang bergelar Sultan Hamid Alkadrie II dan Sultan ke 8 Pontianak ini juga adalah orang Indonesia pertama yang berpangkat tertinggi di dunia militer, yaitu mayor jendral.
    Sultan Hamid membuat lambang negara berdasarkan penugasan Presiden Sukarno pada 1950. Saat itu dia menjabat menteri tanpa porto folio. Rekannya, Muhammad Yamin sebenarnya juga membuat rancangan lambang negara, Namun, Sukarno akhirnya memilih rancangan Sultan Hamid. Setelah disempurnakan, gambar Burung Garuda diresmikan Sukarno sebagai lambang negara pada 10 Februari 1950.
    Salinan sketsa Burung Garuda yang tersimpan di Keraton Kadriah, Pontianak ini menunjukkan proses pembuatan lambang negara sangat rumit hingga harus diubah berkali-kali.
    Sumber: www.discoveri.com

    4 miss universe yang paling kontroversial di dunia

    Panggung kontes kecantikan selalu menjadi sorotan publik. Di balik kecantikan para kontesta, ada sejumlah cerita yang menarik perhatian. Mulai dari cerita sedih hingga yang mengejutkan.

    Cerita kematian model asal Brasil, Mariana Bridi da Costa, misalnya. Ia meninggal saat berjuang mewakili negaranya di Miss World. Sebelum meninggal, Bridi sempat menjalani operasi amputasi tangan kaki.Namun, tak hanya Brindi yang menjadi perhatian. Berikut delapan ratu kecantikan lainnya yang membuat heboh karena kontroversinya, dikutip dariTelegraph.

    Marjorie Wallace
    http://www.elanecdotario.com/2005/nov05/7/mw1973_1.jpg 

    Ia warga Amerika Serikat yang menang di ajang Miss World 1973. Tapi, tiga bulan setelah dinobatkan jadi Ratu Dunia, gelarnya dicabut lantaran berkencan dengan terlalu banyak pria, termasuk di antaranya selebriti Tom Jones.Dia bahkan sempat membuat pernyataan, "Sebagai Miss World saya bisa bercinta dengan pria yang saya pilih." Komite Miss World menilai Wallacet gagal mengemban tugas sebagai Miss World. Setelah kehilangan mahkota, Wallace melanjutkan karier menjadi presenter televisi.

    Gabriela Brum
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGM0xJlZQtFlM6JATgOtoQ3FORsDiJ7l1fRhIZi4ZETSZNlu3x7Wdt5fDJbfq1G2fvHoQ4fR9QXBKPkRygC02feKM7jbJNaqrO9Tl04w3g27QbVjcaqRRedNMJ-9zC_o-lLYq1CaHXC8bA/s400/1980Gabriella+Brum+-+Germany.jpg 

    Miss Jerman ini menyandang gelar terpendek dalam sejarah Miss World. Dia mengundurkan diri hanya dalam waktu 18 jam setelah dinobatkan menjadi Miss World pada 1980.Pemegang mahkota kecantikan ini terjegal skandal kasus foto telanjang. Setelah kasus ini menjadi perhatian dunia, dia pindah ke Amerika Serikat. Di sana, dia nekat menjadi model telanjang lagi. Kali ini untuk majalah Playboy.

    Lili Chen

    http://ai.eecs.umich.edu/people/conway/TSsuccesses/Chen%20Lili/Chen%20Lili%202s.jpg 

    Penyanyi dan aktris dari Provinsi Sichuan ini berharap menjadi orang pertama China yang memenangi kontes Miss Universe tahun 2004. Tetapi permohonannya ditolak oleh pejabat kompetisi China karena dia seorang transeksual.Padahal, sebelumnya Lili Chen telah mengikuti berbagai kontes kecantikan di China dan tidak ada masalah.

    Lesley Langley
    Lesley Langley 
    Miss Inggris ini memenangkan gelar Miss World pada tahun 1965. Tapi kemudian publik di Inggris tersinggung setelah foto bugil Lesley tersebar di media.

    Dia mengakui foto-foto bugil itu diambil sebelum dia mengikuti kontes kecantikan. Sekarang, dia bekerja sebagai resepsionis di tempat perawatan gigi di kota kelahirannya.


    sumber : http://www.artikeluniku.co.cc

    5 Manfaat Pernikahan bagi Kesehatan

    Menikah merupakan salah satu tujuan hidup dari seseorang. Masing-masing orang memiliki alasan tertentu ketika memutuskan untuk menikah, diantaranya mungkin untuk memperoleh keturunan. Namun dari sekian banyak alasan, ternyata ada yang lebih utama. Pernikahan diklaim dapat memberikan manfaat bagi kesehatan.

    "Pasangan yang menikah memiliki sistem pendukung dan jaringan sosial yang membangun. Salah satu dari Anda mungkin akan mendorong pasangannya untuk memiliki pola makan yang lebih baik, mengajak bergabung dalam suatu klub olahraga tertentu, atau menegur sang pasangan untuk berhenti merokok, "jelasAlice Domar, PhD, salah satu penulis Live a Little! Married.
    Manfaat ini tentu saja hanya dapat dirasakan jika pernikahan Anda bahagia. Harus diakui, tidak semua pernikahan berjalan mulus. Setiap pernikahan harus dibangun dengan usaha dan perjuangan keras dari masing-masing pasangan sebagai upaya untuk memperoleh kebahagiaan. Karena itu, berusahalah untuk menjaga keharmonisan rumah tangga Anda, agar Anda dapat menuai manfaat utama kesehatan berikut ini :
    1. Terhindar dari penyakit diabetes. Dalam jurnal Diabetes Caredisebutkan bahwa, perempuan yang memiliki catatan glukosa darah tinggi melebihi batas normal lebih cenderung berakhir dengan diabetes jika mereka hidup sendirian dibandingkan jika mereka hidup bersama dengan seorang pendamping. 

    2. Jauh dari risiko hipertensi. Para peneliti dari Brigham Young University mengungkapkan bahwa pasangan menikah yang bahagia memiliki tingkat tekanan darah yang sehat. Dengan kata lain dapat pula disimpulkan, bahwa pasangan yang merasa tidak bahagia dengan pernikahannya memiliki catatan terburuk. "Saya pernah menyarankan beberapa pasien saya untuk bercerai," kata Dr Domar. "Sebuah perkawinan yang buruk akan memberikan dampak yang buruk pula bagi Anda ketimbang jika Anda hidup single."  

    3. No smoking & alcohol. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah menikah, bercerai atau janda, pasangan yang menikah cenderung jarang merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. 

    4. Panjang usiaJournal of Epidemiology and Community Healthmenyebutkan, orang-orang yang tidak pernah menikah lebih berpeluang meninggal lebih cepat hingga 58 persen.  

    5. Jauh dari ancaman gangguan mental. Psikolog Universitas Otago Selandia Baru, Kate Scott mengatakan orang yang menikah memiliki daya tahan tubuh yang lebih tinggi terhadap penyakit. Lewat penelitian yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Psychological Medicine Inggris, ditemukan bahwa pernikahan memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan mental pasangan suami istri. Dibandingkan orang yang tidak pernah menikah, pasangan menikah cenderung jauh dari gangguan kejiwaaan. Begitu pula dengan mereka yang berstatus janda atau duda. Umumnya kesehatan mereka lebih terancam akibat naiknya resiko gangguan mental

    Hassan Sabbah, Omar Khayyam, Dan Sekte Ismailiyah

    Pada abad 12 M, sekte Ismailiyah yang didirikan Hassan Sabbah berpusat di bukit Alamut-Samarkand (Iran) adalah sekte “para pembunuh” yang paling ditakuti di segenap imperium Islam. Namun, mendadak sekte “teroris” ini jadi sekte yang paling toleran, gemar dengan musik dan puisi sufi, setelah pengganti Hasan Sabah membaca “kitab rahasia” berupa puisi-puisi rubayat (puisi empat baris) karya Omar Khayyam.

    Hassan Sabbah adalah tokoh mubaligh Islam yang dikecewakan secara politik dan ekonomi oleh sultan Islam pada masa itu. Dengan dendam yang membara ia merekrut orang-orang gurun menjadi pengikutnya. Ia melarang pengikutnya untuk menikmati segala macam jenis musik, puisi, dan seni lainnya. Ia membuat mereka menjadi pasukan teror berani mati dengan semangat “jihad kecil” — membunuh orang-orang yang tak sepaham dengannya.

    Kabarnya, sebelum “pasukan terornya” itu dikirim untuk membunuh, mereka disuruh menghisap hasshis (opium), lalu dalam keadaan setengah teler, Hasan Sabah menampilkan para perempuan penari perut sambil berkata: “Saat ini kau sedang ada di surga, dan itulah para bidadari yang akan menyambutmu setelah kau mati sahid nanti.” Menurut, beberapa ahli sejarah dari Eropa, dari kata hasshis itulah kata assasin (pembunuh) itu berasal.

    Hassan Sabbah

    Hassan Sabbah Omar Khayyam Sekte Ismailiyah

    Ada beberapa ahli sejarah yang menyatakan bahwa tokoh “Hassan Sabbah” itu hanyalah fiktif saja dan diciptakan oleh kaum Khawarijj. Tapi, ada juga yang menyatakan bahwa tokoh yang juga dikenal sebagai ahli herbal ini benar-benar ada secara historis (bisa dilihat di Wikipedia).

    Yang jelas keberadaan sekte Ismailiyah memang benar-benar ada. Keterlibatan beberapa tokoh sufi besar dalam sekte Ismailiyah ini seperti Omar Khayam (yang juga penemu Aljabar dan ahli Astronomi) serta Al-Hallaj tercatat dalam kronik sejarah. Kabarnya, alasan sebenarnya Al Hallaj dihukum mati bukan karena seruan kontroversinya: “Ana Al Haqq” (Aku adalah Kebenaran Mutlak), tetapi karena ia difitnah telah berkomplot dengan sekte Ismailiyah untuk menggulingkan sultan.

    Selain itu benteng di bukit Alamut juga pernah dicatat oleh Marco Polo dalam perjalanannya ke Cina. Beberapa catatan juga pernah mengungkapkan bahwa Sultan Solahuddin Al-Ayubbi — pahlawan Perang Salib dalam Islam — pernah dikirimi belati di tempat tidurnya oleh pengikut Hassan Sabbah.

    Yang menarik adalah proses transformasi sekte Ismailiyah dari sekte radikal dan tukang teror, menjadi sekte sufistik yang lembut dan sangat toleran. Kabarnya, setelah Hasan Sabah meninggal, ia mengangkat salah satu pengikut setianya sebagai Imam Pengganti. Sang pengikut ini pun sama keras seperti sang Pendiri.

    Namun, seiring dengan berlalunya waktu, suara-suara untuk melawan penekanan dogmatik keagamaan mulai muncul di dalam sekte Ismailiyah — meski mungkin masih terdengar sayup-sayup. Hingga suatu ketika “Sang Pembebas” itu pun datanglah.

    Sang Pembebas itu — yang juga bernama Hassan, atau yang lebih dikenal oleh para sejarawan Iran dengan sebutan Hassan II — tak lain adalah anak dari Imam Pengganti sekte Ismailiyah setelah kematian Hassan Sabbah. Suatu hari ia memasuki kamar rahasia dari Imam Pendiri, Hassan Sabbah. Dan pada suatu ceruk di dinding yang ditutupi jeruji besi ia menemukan satu kotak yang berisi kitab rahasia karya Omar Khayyam — sahabat karib dari Hassan Sabbah sejak muda.

    Setelah seminggu Sang Pembebas itu membaca kitab rahasia karya Omar Khayyam, maka ia pun mulai mengetahui sejarah berdirinya sekte Ismailiyah yang selama ini selalu disembunyikan oleh ayahnya. Sebab, di pinggir-pinggir halaman kitab rahasia itu dicatat berbagai kronik hidup Omar Khayyam — termasuk riwayat persahabatannya dengan Hassan Sabbah.

    Namun, yang mampu membuka kesadaran Sang Pembebas adalah puisi-puisi “rubayat” yang terdapat dalam kitab rahasia Omar Khayyam tersebut. Puisi-puisi yang sekilas terlihat sederhana, bahkan cenderung skeptis itulah yang membebaskan Sang Imam dari doktrin “para pembunuh” sekte Ismailiyah di Bukit Alamut.

    Lalu, suatu pagi yang cerah, ia kumpulkan semua pengikutnya di tengah-tengah benteng Alamut yang dibangun serupa labirin dan berkata: “Mulai saat ini, kita semua tak lagi diwajibkan shalat, karena shalat mengandaikan bahwa Tuhan itu terpisah dari diri kita, padahal bagaimana mungkin Dia bisa terpisah?

    “Mulai saat ini, tak ada lagi kewajiban ritual bagimu. Ibadah bukanlah kewajiban, tetapi sebuah perayaan. Karena saat ini kita memang sudah berada di dalam surga-Nya.”

    Maka, mulai saat itu, musik dan puisi — yang sebelumnya diharamkan — dihalalkan bagi para pengikut Ismailiyah. Dan, itulah pula sebabnya, sekte Ismailiyah hingga saat ini masih dianggap sekte sesat di dalam Islam.

    Jadi, jika saat ini tafsir tentang ajaran Islam cenderung menjadi radikal secara politik, suka pada teror dan kekerasan dalam praksisnya, maka mungkin para penafsir itu telah terinspirasi dan melanjutkan saja ajaran dari Hassan Sabbah. Padahal, hal itu telah ditransformasi oleh Sang Pembebas, putra dari Imam Pengganti Hassan Sabbah, setelah membaca kitab rahasia karya Omar Khayyam.

    Berikut beberapa puisi rubayat karya Omar Khayyam:

    Bukan kau atau aku yang tahu rahasia kekal ini,
    Bukan kau atau aku yang bisa membaca teka-teki ini.
    Yang kita perselisihkan hanya sisi tabir sebelah sini,
    Jika tabir tersingkap, kau dan aku sudah tak ada lagi.

    Lingkaran tempat aku datang dan pergi
    Tak berketentuan awal dan akhirnya.
    Tak seorang bisa mengerti perkara ini:
    Dari mana kita datang dan ke mana pergi.

    Mereka yang tahu lingkaran hakikat dan syariat
    Adalah pelita bagi penuntut ilmu dan umat.
    Namun mereka sendiri tak bisa menghindar dari gelap,
    Mereka mendongeng, lalu tidur dengan lelap.

    Tanyamu: “Apa makna bentuk fana ini sebenarnya?”
    Jika diungkapkan, maka panjanglah ceritanya.
    Intinya: Inilah bentuk yang hadir dari samudera
    Dan dalam sekejap akan kembali ke dasar samudera.

    Garis hidupku adalah meneguk anggur dan bersuka ria,
    Bebas dari percaya dan ingkar adalah keyakinanku.
    Kutanya Mempelai-Nasib: “Siapa teman hidupmu?”
    Jawabnya: “Teman hidupku adalah hatimu yang gembira.”

    (Dikutip dari Rubayat Omar Khayyam terjemahan Abdul Hadi WM)

    Dan, yang lebih menarik lagi, sejak transformasi kesadaran “Sang Pembebas” setelah membaca kitab rahasia Omar Khayyam, kabarnya pengikut sekte Ismailiyah jadi penggemar minum anggur (wine) dalam arti harfiah. Biasanya dalam puisi-puisi sufistik idiom “anggur” adalah simbol makrifat — simbol penyatuan Ilahi yang terlarang diungkap secara syari. Namun, sejak Sang Pembebas menyatakan kepada pengikutnya bahwa mereka telah berada di dalam surga, sementara menurut Al Quran di surga tidak diharamkan minum anggur, maka para pengikut sekte Ismailiyah pun mulai terang-terangan minum anggur. Yah, agak mirip kisah Yesus yang minum bersama bersama 12 muridnya di perjamuan terakhir.

    Setelah membaca kisah transformasi sekte Ismailiyah dan “Sang Pembebasnya”, saya jadi ingat kisah NU dan Gus Dur. Kita sudah sama mahfum bagaimana peran “orang-orang NU” yang dimobilisasi dalam pembantaian massal sekitar 1 juta anggota PKI (atau orang yang diduga menjadi anggota PKI) tahun 1965. Itulah sebabnya, Gus Dur ketika menjadi president RI ke-4 telah meminta maaf soal tragedi mengerikan itu. Ia juga berniat mencabut TAP MPR tentang pelarangan ajaran Marksisme dan Leninisme. Selain itu, pada masa NU dipimpin Gus Dur inilah bibit-bibit liberalisme Islam disebar di Indonesia. Kita sekarang mengenal bagaimana tokoh-tokoh muda NU seperti Ulil Abshar Abdala dianggap sebagai pemikir Islam yang sangat liberal di negeri ini, sehingga FPI pun sempat menghalalkan darahnya.

    Sang Pembebas itu, Gus Dur, juga menerobos banyak “pakem” yang ada dalam tafsir Arabian Islam: ucapan Assalammualaikum diganti Selamat Pagi/Siang/Malam, berencana membuka hubungan diplomatik dengan Israel, menjadi ketua Simon Peres Foundation di Israel, menyenangi musik klasik karya Beathoven, mengunjungi Vatikan untuk bertemu Paus, dsb. Sampai saat ini saya belum mengenal ulama Islam yang ‘senekat’ dan ‘sebebas’ Gus Dur ini. Tapi, tentu saja, Gus Dur belum terlalu nekat untuk meniadakan kewajiban shalat dan menghalalkan minum anggur bagi kalangan Nahdiyin. Saya berpikir Islam di Indonesia saat ini membutuhkan lebih banyak lagi Sang Pembebas dari dogma-dogma sempit agama yang cuma menghasilkan para pion-pion “politik” dan preman berjubah yang fanatik ala Hassan Sabbah.

    Sumber : annunaki.wordpress.com

    Fisika Modern Bersua Sufisme

    Judul ini bisa langsung digugat: apa mungkin mengkaitkan Sufisme dan Fisika Modern? Sufisme atau tasawuf biasanya dikaitkan dengan tazkiyat al nafs (mensucikan diri), ishlah al qalb (pembersihkan hati) dari akhlak-akhlak tercela, pendekatan diri kepada Tuhan serta kehidupan spiritual lainnya. Sementara Fisika merupakan ilmu modern untuk menerangkan interaksi antara energi dan materi mulai dari partikel-partikel elementer seperti quark, elektron, dan proton sampai benda-benda makroskopis seperti bintang dan galaksi. Fisika berkaitan dengan materi yang tangible (dapat dipegang) atau hal-hal yang dapat diterangkan secara rasional.

    Fisika Modern Bersua Sufisme

    Titik kontras yang lain adalah pandangan awam bahwa belajar tasawuf atau menjadi sufi sering disalahartikan sebagai suatu bentuk kehidupan yang egoistik. Untuk mencapai tujuan, seorang sufi dipersepsikan musti meninggalkan kehidupan material keduniaan, meninggalkan keramaian, mengasingkan diri dari pergaulan manusia, bahkan sampai ekstrimnya berhubungan dengan manusia hanya akan menganggu dirinya untuk bercengkerama dengan Tuhan. Sementara untuk belajar Fisika, yang pertama kali dihadapi adalah benda yang ditemui sehari-hari, dan kemudian dilihat sifat dan perilaku material, serta kemudian dilakukan percobaan atau pengamatan di laboratorium atau di lapangan sehingga ditemukan hukum-hukum Fisika yang obyektif, dapat diulang dan konsisten. Hal-hal yang bersifat spiritual atau yang tidak rasional harus ditinggalkan di Fisika. Belajar Fisika dapat dilakukan oleh semua orang pada semua jenjang, namun untuk belajar menjadi sufi seseorang harus melewati suatu maqam-maqam tertentu yang tidak mudah.

    Sekilas tampak sekali susah mencari titik temu antara keduanya, perbedaan-perbedaan tersebut terjadi makin jelas antara Fisika klasik (Newtonian) dengan praktek-praktek yang tampak dari luar dari Sufisme. Namun dalam tatanan Fisika modern dan filosofi Sufisme ternyata terjadi banyak kemiripan. Sebagai contoh: bahasa yang digunakan Fisika modern dan Sufisme merupakan bahasa metafora. Hal ini merujuk kepada suatu realitas yang lebih dalam, pada hal-hal yang tidak dapat diterangkan, paradoks dan yang tidak masuk akal. Penjelasan metafora untuk menyatakan misteri yang tersembunyi dari realitas metafisik dan energi-energi di luar pemahaman manusia.

    Sebelum masuk lebih jauh pada kaitan sufisme dan Fisika modern, ada baiknya gambaran tentang Fisika klasik kita lihat kembali. Konsep filosofis Fisika klasik adalah analitik, mekanistik dan deterministik. Bahkan cenderung reduksionis untuk mengambarkan alam semesta mengikuti filosofi Descartes dan Bacon. Dalam Fisika Newtonian ini semua fenomena yang ada di semesta dapat diurai secara analitik berdasarkan hukum-hukum Fisika yang pasti. Pada dasarnya apabila kondisi awal suatu keadaan diketahui dan semua medan gaya yang berpengaruh diperhitungankan maka perilaku suatu benda (posisi dan momentum) untuk waktu berikutnya dapat ditentukan. Hukum Fisika ini dapat diterapkan mulai dari hal sederhana seperti benda jatuh bebas sampai perhitungan posisi planet-planet dalam tatasurya. Salah satu contoh yang menakjubkan dari hasil perhitungan Fisika Newtonian ini adalah ramalan tentang waktu gerhana bulan atau matahari sampai dalam orde detik dan ternyata cocok dengan hasil pengamatan.

    Tidak dapat disangkal bahwa cara berpikir Fisika klasik ini telah memicu kemajuan teknologi yang dimulai dengan revolusi industri di Eropa. Mesin-mesin dirancang dengan disain yang berdasarkan perhitungan analitik-mekanistik yang pasti. Dan dalam tatanan filosofi, alam semesta merupakan mesin raksasa yang berputar secara terus-menerus dan dapat diprediksi. Disini hal-hal yang berbau mistik seperti peran dewa-dewa, roh nenek moyang, kekuatan supranatural, dan mahluk halus tidak ada lagi dalam hidup manusia. Bahkan Tuhan pun cenderung untuk dinihilkan. Kalaupun Tuhan dianggap ada, maka peran Tuhan sudah sangat direduksi sebagai sekedar pencipta awal, dan kemudian alam “ditinggalkan” untuk berputar sendiri setelah dilengkapi dengan hukum-hukum Fisika.

    Kesuksesan Fisika Newtonian ternyata hanya berlaku pada dunia makroskopis, dunia kasat mata dan pada benda yang bergerak dengan kecepatan jauh di bawah kecepatan cahaya. Di awal abad ke dua puluh, Fisika klasik terbukti gagal untuk menjelaskan fenomena mikroskopik pada skala atom. Seolah-olah ada revisi edisi ulang ilmu Fisika, muncullah dua cabang ilmu Fisika Modern yaitu Fisika Kuantum yang dibidani oleh Bohr, Heisenberg, Schrödinger dan lain-lain, dan Teori Relativitas yang diungkapkan Einstein.

    Fisika Kuantum mempunyai implikasi yang sangat luas pada perubahan peradaban manusia. Penjelasan tentang atom, molekul dan zat padat telah melahirkan material semikonduktor, laser dan chips mikroskopis yang pada gilirannya menghasilkan akselerasi kemajuan di bidang teknologi dan informasi. Sementara Teori relativitas Einstein dapat ditarik untuk menerangkan kosmologi tentang asal usul semesta, disini diperoleh gambaran bahwa alam semesta berasal dari suatu titik big bang (dentuman besar) dan berkembang serta berekspansi secara terus menerus.

    Implikasi filosofis Fisika Kuantum lebih dahsyat, diantaranya tentang prinsip ketidakpastian Heisenberg dan participating observer (hasil eksperimen selalu tergantung pada pengamat dan suatu realitas tidak akan terjadi sebelum kita benar-benar mengamatinya). Dalam dunia sub-atomik, hukum Fisika tidak lagi merupakan suatu kepastian, tetapi gerak partikel diatur oleh konsep probabilitas. Pandangan terakhir ini yang menyangkut indeterminisme menimbulkan kontroversi yang cukup ramai.

    Dalam teori Kuantum setiap keadaan partikel (posisi, momentum, energi dst.) dihubungkan berdasarkan suatu eksperimen. Ketika formulasi telah dirumuskan maka perilaku partikel dapat diprediksi. Schrödinger menunjukkan bahwa perilaku partikel dapat ditunjukkan oleh sebuah persamaan matematis gelombang. Namun persamaan ini tidak memberi informasi apa-pun tentang keadaan partikel sebelum suatu eksperimen benar-benar dilakukan, dengan perkataan lain persamaan tersebut meramalkan dua hasil kemungkinan secara sepadan. Dalam percobaan celah ganda, tampak bahwa hasil pengamatan tergantung kepada cara eksperimen dilakukan. Partikel tersebut tidak punya sifat “asli”.

    Oleh para Fisikawan konsekuensi indeterminisme ini biasanya dilukiskan secara dramatis dalam sebuah “eksperimen” yang dikenal dengan kucing Schrodinger (Dewitt, 1970). Kucing ini bisa dalam dua keadaan skizofrenik sekaligus yaitu hidup dan mati. Tentu saja semua ini merupakan bahasa metafora dari ketidakmampuan fisikawan untuk menerangkan keadaan “yang sesungguhnya” terjadi. Namun hal tersebut seperti keadaan partikel yang bisa sekaligus gelombang merupakan konsekuensi pengembangan teori Kuantum.

    Albert Einstein sendiri sangat tidak nyaman dengan konsekuensi terakhir ini. Meskipun pada masa mudanya Einstein turut serta dalam membangun teori Kuantum (pada kasus efek fotolistrik) namun Einstein tua justru merupakan seorang penentang konsekuensi filosofis teori Kuantum, sampai-sampai dia berucap “Tuhan tidak bermain dadu”. Dalam debat melawan Bohr dan kawan-kawan, argumentasi Einstein tentang determinisme selalu dapat dipatahkan. Sehingga sampai saat ini teori Kuantum yang meskipun “agak edan” tetapi terbukti merupakan teori yang dapat menerangkan dunia mikroskopis dan mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

    Lebih jauh tentang konsep participating observer, pola hasil yang akan diperoleh dalam suatu eksperimen sangat ditentukan oleh pengamat atau dengan perkataan pengamat menentukan hasil. Ini bukan penelitian sosial tetapi penelitian tentang materi sub-atomik. Lebih jauh lagi sesuatu benda mikro tidak punya makna apa-apa sebelum benar-benar diamati. Oleh karena itu diperlukan suatu mahluk yang memiliki kesadaran (consciousness) untuk menjadikan sesuatu benda menjadi “real”. Tanpa pengamat, maka semesta ini tidak akan ada.

    Disini mulai jelas titik singgung antara Fisika modern dengan sufisme atau mistisisme Timur lainnya. Kita dapat lihat dari salah satu potongan syair Rumi:

    Aku adalah kehidupan dari yang kucintai. Tempatku tanpa tempat, jejakku tanpa jejak, Bukan raga atau jiwa; semua adalah kehidupan dari yang kucintai”.

    Juga kita dapat lihat pendapat Ibnu Arabi dalam Fushush al-Hikam:

    Kosmos berdiri diantara alam dan al Haqq, dan antara wujud dan non eksisteni. Ia bukan murni wujud dan bukan murni non-eksistensi. Maka dari itu kosmos sepenuhnya tipuan, dan kalian membayangkan bahwa ini al Haqq, namun sebetulnya bukan al Haqq. Dan kalian membayangkan bahwa ini makhluk, namun ini bukan makhluk”.

    Bahasa Rumi “Tempatku tanpa tempat, jejakku tanpa jejak” atau ungkapan Ibnu Arabi tersebut sangat memiliki kemiripan dengan Mekanika Kuantum yang juga mengungkapkan tentang “hidup yang juga mati, mati yang juga hidup”. Jelas sekali bahasa metafora yang digunakan disini.

    Selanjutnya dalam kerangka teori relativitas juga dimungkinkan dibuat suatu kerucut ruang-waktu: masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang. Dalam hal ini –secara matematik– ada bagian yang berada di luar kerucut ruang waktu ini, sehingga dapat dikatakan di luar dunia fisik ini yang kita tempati ini masih ada kemungkinan “dunia lain”. Hal ini juga didukung oleh teori Kuantum yang menawarkan many worlds interpretation atau interpretasi banyak dunia yang diungkapkan oleh Everett pada tahun 1957. Artinya alam semesta yang kita tempati ini bukan satu-satunya. Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh Rumi tentang hati yang bisa menuju ke “Pintu-pintu ke dunia lain.”

    Rumi menulis dalam puisi yang lain “Sang Sufi bermi’raj ke ‘Arsy dalam sekejap, sang zahid membutuhkan waktu sebulan untuk sehari perjalanan.” Meskipun puisi ini sedikit menunjukkan nada yang agak sombong dari Sang Sufi, namun jelas menunjukkan adanya keserupaan dengan konsep relativitas pada Fisika modern.

    Para ahli astrofisika modern telah menghitung bahwa setidaknya ada 15 trilyun galaksi sejak permulaan penciptaan —big bang— dan galaksi- galaksi tersebut dalam kosmos mengikuti suatu siklus seperti yang dijelaskan oleh sufi yaitu kelahiran, pertumbuhan, kematian dan pembangkitan kembali. Bintang-bintang, seperti manusia, tidak pernah sebenarnya mati, namun beberapa bahan dasar seperti besi, karbon, oksigen dan nitrogen secara terus-menerus didaur-ulang dalam ruang sebagai debu kosmis, bintang baru, tanaman dan kehidupan. Semua dalam alam semesta yang berekspansi terdiri dari energi, dan energi secara sederhana berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain untuk selanjutnya naik menuju (cosmic ascent) kepada Allah.

    Pencarian padanan antara sufisme dan Fisika modern dapat terus dilakukan terutama dalam masalah yang berkaitan dengan semesta lain, dunia ghoib, pengkerutan waktu, ketidakpastian, “hidup tetapi mati”, kesadaran dapat mempengaruhi materi, “ada tetapi tidak ada”, siklus kehidupan dan asal usul semesta.

    Beberapa hal dapat dengan mudah dapat dicerna, namun lebih banyak lagi yang merupakan bahasa metafora karena susahnya menuliskan realitas yang sesungguhnya. Mungkinkah kesulitan ini karena keterbatasan bahasa manusia atau keterbatasan kemampuan logis manusia? Atau semua ini merupakan harta tersembunyi sebagaimana yang diungkapkan oleh sebuah hadist qudsi: Allah telah berkata “Aku adalah harta tersembunyi yang perlu disingkap, Aku ciptakan semesta sehingga Aku dapat diketahui”

    Kita biarkan pertanyaan ini menjadi pertanyaan yang tidak terjawab, namun mengikuti “semangat teori Kuantum” yang maju terus memberikan kontribusi penting pada peradaban manusia meskipun telah meninggalkan Einstein dalam kegelisahan interpretasi. Adakah sekarang manfaat praktis yang dapat ditarik dari mengkaitkan sufisme dan Fisika modern?

    Sudah saatnya para fisikawan mempelajari istilah yang sudah biasa di Fisika namun merujuk pada entitas yang berbeda dalam sufisme, yaitu energi. Di Fisika, istilah energi menunjukkan suatu besaran yang sangat real, sementara di sufisme istilah ini lebih abstrak. Para ahli sufi sebenarnya meminjam istilah ini karena ada keserupaan, meskipun pada dasarnya berbeda. Sudah beratus-ratus tahun terbukti secara empiris bahwa para ahli sufi mampu menggunakan suatu jenis energi metafisik yang berasal dari Yang Maha Kuasa untuk berbagai keperluan seperti penyembuhan sakit fisik dan non fisik. Para ahli sufi sendiri sebenarnya tidak mengerti bagaimana proses penyembuhan ini terjadi kecuali dengan sepenuhnya melakukan kepasrahan kepada Allah SWT. Disini fisikawan dapat melakukan penjelasan hal ini karena memang dimungkinkan dalam teori Kuantum bahwa kesadaran dapat mempengaruhi materi (mind over matter).

    Hal ini hanya merupakan salah satu contoh manfaat real untuk kemanusiaan. Akan muncul sekali banyak manfaat bila dilakukan eksplorasi secara seksama hubungan antara sufisme dan Fisika modern.

    Wallahu a’lam bishawab.

    Author : Muhammad Hikam
    Staf Pengajar Fisika FMIPA Universitas Indonesia dan Penelaah
    Naqshbandi-Haqqani

    Sumber : annunaki.wordpress.com

    Kenapa Awal Puasa dan Lebaran Sering Berbeda?

    Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Seperti biasa, isu perbedaan awal Ramadhan/Syawal sering mencuat pada saat-saat semacam ini. Apa saja sih faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut? Inilah yang akan kita pelajari dalam catatan kali ini.

    Awal Puasa dan Lebaran

    Kita tahu bahwa penanggalan Islam dihitung berdasarkan peredaran bulan mengelilingi Bumi (dikenal sebagai penanggalan sinodis). Fase bulan--yang semula gelap lalu nampak kecil berbentuk sabit tipis, lantas semakin besar hingga purnama untuk kemudian mengecil lagi--dijadikan pedoman dalam menentukan bulan-bulan Islam.

    Untuk penetapan awal Ramadhan dan Syawal, Rasulullah memerintahkan "Berpuasalah kamu jika melihat bulan, dan berbukalah jika melihat Bulan". Perintah ini praktis karena dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa harus mengetahui perhitungan dan data astronomis. Berdasarkan perintah Rasul tersebut, maka tiap bulan menjelang awal bulan Ramadhan dan Syawal, diadakan pengamatan untuk melihat bulan sabit (hilal).

    Kegiatan inilah yang biasa disebut sebagai ru'yatul hilal atau juga dikenal sebagai ru'yat saja. Ru'yat diadakan sesaat setelah matahari terbenam karena bulan sabit pertama akan nampak di sekitar arah matahari terbenam. Jika bulan sabit tersebut nampak, maka malam itu dan keesokan harinya dihitung sebagai tanggal satu bulan baru (Ramadhan/Syawal), namun apabila bulan tidak terlihat maka dilakukan istikmal (menggenapkan bulan berjalan sebanyak 30 hari).

    Selain ru'yat, kita juga mengenal metodologi hisab untuk untuk menentukan awal bulan hijriyah. Hisab dalam bahasa Arab artinya menghitung, jadi metodologi ini menggunakan perhitungan untuk menentukan awal bulan hijriyah.

    Tahun lalu, disini kita pernah belajar tentang kriteria visibilitas hilal sebagai salah satu faktor yang penentu dari perbedaan awal bulan suci umat Islam (kalau lupa, silahkan dijenguk lagi catatan 26 Oktober 2001 lalu). Tapi sesungguhnya perbedaan awal bulan hijriyah ini bukan hanya sesederhana persoalan kesesuaian antar hasil hisab dan ru’yat saja.

    Persoalan pertama adalah soal ru’yat. Ada ketidaksesuaian pendapat tentang sejauh mana hasil ru’yat berlaku. Ada ulama yang berpendapat bahwa hasil ru'yat hanya berlaku lokal dengan radius sekitar 90 km (disebut sebagai matla') dengan alasan bahwa hilal selalu terlihat terlebih dahulu di daerah yang terletak lebih ke sebelah barat sementara di sebelah timurnya bulan masih ada di bawah ufuk (cakrawala). Adapun Angka 90 km dianalogikan dengan jarak yang membolehkan seseorang meng-Qashar sholatnya.

    Namun ada pula ulama yang beranggapan bahwa hasil ru’yat dapat berlaku untuk satu wilayah regional tertentu (misalnya seluruh wilayah Indonesia). Pendapat lain adalah bahwa hasil ru’yat dapat berlaku untuk keseluruhan wilayah suatu negara tanpa memperhitungkan keterpisahan lokasi geografis (misalnya walaupun secara geografis terpisah jauh, namun karena masih dalam satu wilayah negara, maka hasil ru’yat di Hawaii juga dapat berlaku di seluruh Amerika Serikat).

    Golongan yang lebih "ekstrim" malahan berpendapat bahwa hasil ru’yat dapat berlaku untuk seluruh dunia, artinya bahwa dimanapun ada laporan penampakan hilal, maka di wilayah manapun di dunia, esoknya akan dihitung sebagai tanggal satu bulan berikutnya. Kelompok ini mendasarkan argumennya pada persatuan umat Islam. Sayangnya, dari segi penanggalan konsep ini tidak ideal karena dengan demikian, tanggal yang sama akan jatuh pada hari yang berbeda pada tempat yang berbeda. Kasus lainnya adalah penentuan hasil ru’yat penentu awal bulah Dzulhijjah sebagai patokan hari raya Haji (Idul Adha). Karena ritual Haji dilaksanakan di Arab Saudi, maka banyak pihak yang berpendapat bahwa hasil ru’yat yang digunakan adalah hasil ru’yat di Arab Saudi.

    Persoalan kedua, menyangkut hisab. Sebagian kaum muslimin menggunakan ilmu ini dengan cara mencari data ketinggian dan arah hilal serta mengancang-ancang berapa lama hilal berada di atas ufuk setelah matahari terbenam. Kelompok ini tetap berpegang kepada ru'yat dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan, artinya, walaupun hilal menurut perhitungan sudah mungkin dapat dilihat tetapi dalam kenyataannya tidak ada seorangpun yang dapat melihatnya, maka tetap harus dilakukan istikmal. Sebagian lainnya berpendapat bahwa perhitungan yang akurat dapat dijadikan penenetu awal dan akhir Ramadhan. Kelompok ini tidak lagi melakukan ru'yat untuk menentukan awal dan akhir Ramadhan. Ru'yat bagi mereka hanya sesekali dilakukan hanya untuk mengecek dan menyempurnakan data dan sistem perhitungan mereka.

    Masalahnya, data dan sistem perhitungan bulan yang berkembang dan digunakan oleh umat Islam di Indonesia sampai saat ini masih berbeda-beda. Ada yang menggunakan data dan sistem yang dikembangkan pada abad ke XV masehi, dengan data tetap dan koreksi yang sederhana, sementara ada juga yang sudah menggunakan data kontemporer yang diambil dari lembaga-lembaga astronomi internasional dengan perhitungan matematika mutakhir. Karena sistem perhitungannya berbeda maka tingkat akurasinya tentu juga berbeda. Akibatnya, sering terjadi ketidak cocokan antara satu sistem perhitungan dengan sistem lainnya.

    Saat ini teknik perhitungan fase bulan sudah berkembang semakin maju sehingga tingkat akurasinya juga makin tinggi. Namun demikian sebagian besar kaum Muslimin, masih tetap merasa perlu melakukan ru'yat, selain untuk memberikan kepastian, juga mengikuti perintah Rasulullah. Disini ada permasalahan yang muncul karena dalam perhitungan astronomis, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hilal tidak dapat diru'yat walaupun "diatas kertas" sudah terlihat.

    Persoalan lainnya menyangkut hisab (dan ini patut disayangkan) adalah bahwa banyak kalangan yang masih mengira kalau kegiatan hisab adalah sesuatu yang bersifat "supra natural", yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu yang punya semacam "indera keenam". Padahal, perhitungan awal bulan hijriyah adalah murni perhitungan matematis, lengkap dengan segala variabel dan konstanta yang harus diolah dalam sebuah rumus. Akibatnya, banyak orang yang cenderung lebih percaya hasil hisab oleh "orang pintar" ketimbang astronom. Aneh memang.

    Sumber : dhani.singcat.com

    Mengungkap Jati Diri Syeikh Siti Jenar

    Jati Diri Syeikh Siti Jenar
    Merajut sebuah ilmu dan menjadikannya sehelai kain yang didalamnya penuh akan keindahan corak dan warna, inilah yang diidamkan seluruh ahli sufi. Rajutan demi rajutan tentang segala pemahaman ilmu, penghayatan dan keluasan tentang segala kebesaran Allah, perjalanan dan pengorbanan yang selalu dilakoninnya sedari kecil, membuat segala macam ilmu yang ada padanya, menjadikannya derajat seorang waliyulloh kamil.

    Dalam pandangan para waliyulloh, dimana badan telah tersirat asma’ Allah dan segala tetesan darahnya telah mengalir kalimat tauhid, dimana setiap detak jantung selalu menyerukan keagunganNya dan setiap pandangan matanya mengandung makna tafakkur, tiada lain orang itu adalah seorang waliyulloh agung yang mana jasad dan ruhaniyahnya telah menyatu dengan dzat Allah. Inilah sanjungan yang dilontarkan oleh seluruh bangsa wali kala itu pada sosok, kanjeng Syeikh Siti Jenar. Rohmat yang tersiram didalam tubuhnya, ilmu yang tersirat disetiap desiran nafasnya, pengetahuan tentang segala makna ketauhidan yang bersemayam didalam akal dan hatinya, membuat kanjeng Syeikh Siti Jenar menjadi seorang guru para wali.

    Lewat kezuhudan yang beliau miliki serta keluasan ilmu yang dia terapkan, membuat segala pengetahuannya selalu dijadikan contoh. Beliau benar benar seorang guru agung dalam mengembangkan sebuah dhaukiyah kewaliyan/tentang segala pemahaman ilmu kewaliyan. Tak heran bila kala itu banyak bermunculan para waliyulloh lewat ajaran ilafi yang dimilikinya.

    Diantara beberapa nama santri beliau yang hingga akhir hayatnya telah sampai kepuncak derajat waliyulloh kamil, salah satunya, sunan Kali Jaga, raden Fatah, kibuyut Trusmi, kigede Plumbon, kigede Arjawinangun, pangeran Arya Kemuning, kiageng Demak Purwa Sari, ratu Ilir Pangabean, gusti agung Arya diningrat Caruban, Pangeran Paksi Antas Angin, sunan Muria, tubagus sulthan Hasanuddin, kiAgeng Bimantoro Jati, kiSubang Arya palantungan dan kigede Tegal gubug.

    Seiring perjalanannya sebagai guru para wali, syeikh Siti Jenar mulai menyudahi segala aktifitas mengajarnya tatkala, Syarief Hidayatulloh/ sunan Gunung Jati, telah tiba dikota Cirebon. Bahkan dalam hal ini bukan hanya beliau yang menyudahi aktifitas mengajar pada saat itu, dedengkot wali Jawa, sunan Ampel dan sunan Giri juga mengakhirinya pula.

    Mereka semua ta’dzim watahriman/ menghormati derajat yang lebih diagungkan, atas datangnya seorang Quthbul muthlak/ raja wali sedunia pada zaman tersebut, yaitu dengan adanya Syarief Hidayatulloh, yang sudah menetap dibumi tanah Jawa.

    Sejak saat itu pula semua wali sejawa dwipa, mulai berbondong ngalaf ilmu datang kekota Cirebon, mereka jauh jauh sudah sangat mendambakan kedatangan, Syarief Hidayatulloh, yang ditunjuk langsung oleh, rosululloh SAW, menjadi sulthan semua mahluk (Quthbul muthlak)

    Nah, sebelum di kupas tuntas tentang jati diri, syeikh Siti Jenar, tentunya kita agak merasa bingung tentang jati diri, Syarief Hidayatulloh, yang barusan dibedarkan tadi. "Mengapa Syarief Hidayatulloh kala itu sangat disanjung oleh seluruh bangsa wali ?".

    Dalam tarap kewaliyan, semua para waliyulloh, tanpa terkecuali mereka semua sudah sangat memahami akan segala tingkatan yang ada pada dirinya. Dan dalam tingkatan ini tidak satupun dari mereka yang tidak tahu, akan segala derajat yang dimiliki oleh wali lainnya. Semua ini karena Alloh SWT, jauh jauh telah memberi hawatief pada setiap diri para waliyulloh, tentang segala hal yang menyangkut derajat kewaliyan seseorang.

    Nah, sebagai pemahaman yang lebih jelas, dimana Allah SWT, menunjuk seseorang menjadikannya derajat waliyulloh, maka pada waktu yang bersamaan, nabiyulloh, Hidir AS, yang diutus langsung oleh malaikat, Jibril AS, akan mengabarkannya kepada seluruh para waliyulloh lainnya tentang pengangkatan wali yang barusan ditunjuk tadi sekaligus dengan derajat yang diembannya.

    Disini akan dituliskan tingkatan derajat kewaliyan seseorang, dimulai dari tingkat yang paling atas. "Quthbul muthlak- Athman- Arba’ul ‘Amadu- Autad- Nukoba’ – Nujaba’ – Abdal- dan seterusnya". Nah dari pembedaran ini wajar bila saat itu seluruh wali Jawa berbondong datang ngalaf ilmu ketanah Cirebon, karena tak lain didaerah tersebut telah bersemayam seorang derajat, Quthbul muthlak, yang sangat dimulyakan akan derajat dan pemahaman ilmunya.

    Kembali kecerita syeikh Siti Jenar, sejak adanya, Syarief Hidayatulloh, yang telah memegang penting dalam peranan kewaliyan, hampir seluruh wali kala itu belajar arti ma’rifat kepadanya, diantara salah satunya adalah, syeikh Siti Jenar sendiri.

    Empat tahun para wali ikut bersamanya dalam “Husnul ilmi Al kamil"/ menyempurnakan segala pemahaman ilmu, dan setelah itu, Syarief Hidayulloh, menyarankan pada seluruh para wali untuk kembali ketempat asalnya masing masing. Mereka diwajibkan untuk membuka kembali pengajian secara umum sebagai syiar islam secara menyeluruh.

    Tentunya empat tahun bukan waktu yang sedikit bagi para wali kala itu, mereka telah menemukan jati diri ilmu yang sesungguhnya lewat keluasan yang diajarkan oleh seorang derajat, Quthbul mutlak. Sehingga dengan kematangan yang mereka peroleh, tidak semua dari mereka membuka kembali pesanggrahannya.

    Banyak diantara mereka yang setelah mendapat pelajaran dari, Syarief Hidayatulloh, segala kecintaan ilmunya lebih diarahkan kesifat, Hubbulloh/ hanya cinta dan ingat kepada Allah semata. Hal seperti ini terjadi dibeberapa pribadi para wali kala itu, diantaranya; syeikh Siti Jenar, sunan Kali Jaga, sulthan Hasanuddin Banten, pangeran Panjunan, pangeran Kejaksan dan Syeikh Magelung Sakti.

    Mereka lebih memilih hidup menyendiri dalam kecintaannya terhadap Dzat Allah SWT, sehingga dengan cara yang mereka lakukan menjadikan hatinya tertutup untuk manusia lain. Keyakinannya yang telah mencapai roh mahfud, membuat tingkah lahiriyah mereka tidak stabil. Mereka bagai orang gila yang tidak pernah punya rasa malu terhadap orang lain yang melihatnya.

    Seperti halnya, syeikh Siti Jenar, beliau banyak menunjukkan sifat khoarik/ kesaktian ilmunya yang dipertontonkan didepan kalayak masyarakat umum. Sedangkan sunan Kali Jaga sendiri setiap harinya selalu menaiki kuda lumping, yang terbuat dari bahan anyaman bambu. Sulthan Hasanuddin, lebih banyak mengeluarkan fatwa dan selalu menasehati pada binatang yang dia temui.

    Pangeran Panjunan dan pangeran Kejaksaan, kakak beradik ini setiap harinya selalu membawa rebana yang terus dibunyikan sambil tak henti hentinya menyanyikan berbagai lagu cinta untuk tuannya Allah SWT, dan syeikh Magelung Sakti, lebih dominan hari harinya selalu dimanfaatkan untuk bermain dengan anak anak.

    Lewat perjalanan mereka para hubbulloh/ zadabiyah/ ingatannya hanya kepada, Allah SWT, semata. Tiga tahun kemudian mereka telah bisa mengendalikan sifat kecintaannya dari sifat bangsa dzat Alloh, kembali kesifat asal, yaitu syariat dhohir.

    Namun diantara mereka yang kedapatan sifat dzat Allah ini hanya syeikh Siti Jenar, yang tidak mau meninggalkan kecintaanya untuk tuannya semata (Allah) Beliau lebih memilih melestarikan kecintaannya yang tak bisa terbendung, sehingga dengan tidak terkontrol fisik lahiriyahnya beliau banyak dimanfaatkan kalangan umum yang sama sekali tidak mengerti akan ilmu kewaliyan.

    Sebagai seorang waliyulloh yang sedang menapaki derajat fana’, segala ucapan apapun yang dilontarkan oleh syeikh Siti Jenar kala itu akan menjadi nyata, dan semua ini selalu dimanfaatkan oleh orang orang culas yang menginginkan ilmu kesaktiannya tanpa harus terlebih dahulu puasa dan ritual yang memberatkan dirinya.

    Dengan dasar ini, orang orang yang memanfaatkan dirinya semakin bertambah banyak dan pada akhirnya mereka membuat sebuah perkumpulan untuk melawan para waliyulloh. Dari kisah ini pula, syeikh Siti Jenar, berkali kali dipanggil dalam sidang kewalian untuk cepat cepat merubah sifatnya yang banyak dimanfaatkan orang orang yang tidak bertanggung jawab, namun beliau tetap dalam pendiriannya untuk selalu memegang sifat dzat Allah.

    Bahkan dalam pandangan, Syeikh Siti Jenar sendiri mengenai perihal orang orang yang memenfaatkan dirinya, beliau mengungkapkannya dalam sidang terhormat para waliyulloh; “Bagaiman diriku bisa marah maupun menolak apa yang diinginkan oleh orang yang memanfaatkanku, mereka semua adalah mahluk Allah, yang mana setiap apa yang dikehendaki oleh mereka terhadap diriku, semua adalah ketentuanNya juga" lanjutnya.

    “Diriku hanya sebagai pelantara belaka dan segala yang mengabulkan tak lain dan tak bukan hanya dialah Allah semata . Karena sesungguhnya adanya diriku adanya dia dan tidak adanya diriku tidak adanya dia. Allah adalah diriku dan diriku adalah Allah, dimana diriku memberi ketentuan disitu pula Allah akan mengabulkannya. Jadi janganlah salah paham akan ilmu Allah sesungguhnya, karena pada kesempatannya nanti semua akan kembali lagi kepadaNya."

    Dari pembedaran tadi sebenarnya semua para waliyulloh, mengerti betul akan makna yang terkandung dari seorang yang sedang jatuh cinta kepada tuhannya, dan semua waliyulloh yang ada dalam persidangan kala itu tidak menyalahkan apa barusan yang diucapkan oleh, syeikh Siti Jenar.

    Hanya saja permasalahannya kala itu, seluruh para wali sedang menapaki pemahaman ilmu bersifat syar’i sebagai bahan dasar dari misi syiar islam untuk disampaikan kepada seluruh masyarakat luas yang memang belum mempunyai keyakinan yang sangat kuat dalam memasuki pencerahan arti islam itu sendiri. Wal hasil, semua para wali pada saat itu merasa takut akan pemahaman dari syeikh siti jenar, yang sepantasnya pemahaman beliau ini hanya boleh didengar oleh oleh orang yang sederajat dengannya, sebab bagaimanapun juga orang awam tidak akan bisa mengejar segala pemahaman yang dilontarkan oleh syeikh Siti Jenar.

    Sedangkan pada saat itu, syeikh Siti Jenar yang sedang kedatangan sifat zadabiyah, beliau tidak bisa mengerem ucapannya yang bersifat ketauhidan, sehingga dengan cara yang dilakukannya ini membawa dampak kurang baik bagi masyarakt luas kala itu. Nah, untuk menanggulangi sifat syeikh Siti Jenar ini seluruh para wali akhirnya memohon petunjuk kepada Allah SWT, tentang suatu penyelesaian atas dirinya, dan hampir semua para wali ini mendapat hawatif yang sama, yaitu :

    "Tiada jalan yang lebih baik bagi orang yang darahnya telah menyatu dengan tuhannya, kecuali dia harus cepat cepat dipertemukan dengan kekasihnya". Dari hasil hawatif para waliyulloh, akhirnya syeikh Siti Jenar dipertemukan dengan kekasihnya Allah SWT, lewat eksekusi pancung. Dan cara ini bagi syeikh Siti Jenar sendiri sangat diidamkannya. Karena baginya, mati adalah kebahagiaan yang membawanya kesebuah kenikmatan untuk selama lamnya dalam naungan jannatun na’im.

    Sumber : Idris Nawawi (mystys.wordpress.com)
     
    Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
    Copyright © 2011. irakbuzz - All Rights Reserved
    Template Created by Creating Website Published by Mas Template
    Proudly powered by Blogger