Natasha Annestessya, yang disapa Ceci, adalah gadis yang menjadi model
pengrajin tenun Pandai Sikek di pecahan Rp 5.000. Kini, Ceci telah
menetap California, dan membangun keluarga di sana.
Menurut ibunya, Anna Tuturaima, Rabu (26/12/2013) saat Ceci berumur 17 tahun dirinya mengikuti pemotretan dengan alat penenun Pandai Sikek, alat tenun Sumatera Barat yang dilaksanakan oleh Perusahaan Umum Percatakan Uang RI (Peruri). Ketika itu, Ceci adalah mahasiswi semester III jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI).
Di tengah kesibukannya sebagai pensiunan pemandu wisata anjungan Sumatera Barat Taman Mini Indonesia Indah, Anna dengan santai menceritakan kisah anak pertamanya ini. Dari 80 kontestan yang mengikuti pemotretan, Ceci kemudian lolos dan menjadi model penenun di pecahan uang Rp 5.000 tersebut.
"Sambil pemotretan juga di tanya-tanya. Ceci yang kemudian dianggap paling pantas disandingkan dengan Tuanku Imam Bonjol," ucap Anna, ibu Ceci saat ditemui.
Ceci saat ini telah berumur 31 tahun. Dia adalah anak yang patuh dengan orang tua. Selama 4 tahun menjalani kuliah, Ceci menanggung sebagian besar uang kuliahnya dari beasiswa yang didapat.
"Dulu ibu paling bayar Rp 400.000 untuk kuliahnya, sisanya dia yang bayar. Ceci enggak pernah nyusahin saya. Dia tahu, dulu saya hanya pegawai negeri kecil. Bahkan sampai menikah, Ceci enggak pernah nyusahin," ucap Anna.
Saat Ceci bekerja di salah satu perusahaan swasta Jakarta, Ceci tak pernah absen menelpon ibunya menanyakan apa yang ibunya masak.
"Mami masak apa? Ceci kangen sambel mami," cerita Anna yang menahan air mata di pelupuk matanya.
Anna mengaku merindukan Ceci, namun melihat Ceci bahagia itu sudah membuat Anna bahagia. Anna tak pernah menunjukkan kesedihannya di depan Ceci, namun diakui, dirinya kerap menangis usai berbincang melalui telepon selulernya.
Sejak 7 tahun yang lalu, saat berumur 25 tahun, Ceci menikah dengan David, warga negara Amerika Serikat. Dia belum pernah kembali ke Indonesia.
"Ceci enggak pernah bisa ke Indonesia, karena ukuran otaknya lebih besar dibanding otak orang biasa. Jadi, Ceci enggak bisa naik pesawat lebih dari 5 jam. Tapi tahun depan kata dokter sudah bisa kesini. Doakan saja ya," ucap Anna dengan senyuman kecilnya.
Anna kembali bercerita, putrinya, Ceci adalah anak yang pintar. Saat SMA, dia mendapatkan skor TOEFL terbaik se-SMA dengan nilai 600 dan pernah menjadi karyawan terbaik di Amerika.
"Ceci enggak pernah cerita kalau menang apa, lolos apa, dia enggak mau cerita. Dia bilang, itu biasa saja enggak usah di cerita-ceritain," ucap Anna.
Anna yang sudah menjadi pemandu di anjungan Sumatra Barat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) selama 38 tahun ini berharap agar anaknya sehat dan rumah tangganya rukun.
"Kalau minta anak itu kan di tangan Tuhan ibu enggak minta apa-apa. Asal Ceci baik-baik aja di sana," harap Anna. (Yunike Lusi)
Menurut ibunya, Anna Tuturaima, Rabu (26/12/2013) saat Ceci berumur 17 tahun dirinya mengikuti pemotretan dengan alat penenun Pandai Sikek, alat tenun Sumatera Barat yang dilaksanakan oleh Perusahaan Umum Percatakan Uang RI (Peruri). Ketika itu, Ceci adalah mahasiswi semester III jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI).
Di tengah kesibukannya sebagai pensiunan pemandu wisata anjungan Sumatera Barat Taman Mini Indonesia Indah, Anna dengan santai menceritakan kisah anak pertamanya ini. Dari 80 kontestan yang mengikuti pemotretan, Ceci kemudian lolos dan menjadi model penenun di pecahan uang Rp 5.000 tersebut.
"Sambil pemotretan juga di tanya-tanya. Ceci yang kemudian dianggap paling pantas disandingkan dengan Tuanku Imam Bonjol," ucap Anna, ibu Ceci saat ditemui.
Ceci saat ini telah berumur 31 tahun. Dia adalah anak yang patuh dengan orang tua. Selama 4 tahun menjalani kuliah, Ceci menanggung sebagian besar uang kuliahnya dari beasiswa yang didapat.
"Dulu ibu paling bayar Rp 400.000 untuk kuliahnya, sisanya dia yang bayar. Ceci enggak pernah nyusahin saya. Dia tahu, dulu saya hanya pegawai negeri kecil. Bahkan sampai menikah, Ceci enggak pernah nyusahin," ucap Anna.
Saat Ceci bekerja di salah satu perusahaan swasta Jakarta, Ceci tak pernah absen menelpon ibunya menanyakan apa yang ibunya masak.
"Mami masak apa? Ceci kangen sambel mami," cerita Anna yang menahan air mata di pelupuk matanya.
Anna mengaku merindukan Ceci, namun melihat Ceci bahagia itu sudah membuat Anna bahagia. Anna tak pernah menunjukkan kesedihannya di depan Ceci, namun diakui, dirinya kerap menangis usai berbincang melalui telepon selulernya.
Sejak 7 tahun yang lalu, saat berumur 25 tahun, Ceci menikah dengan David, warga negara Amerika Serikat. Dia belum pernah kembali ke Indonesia.
"Ceci enggak pernah bisa ke Indonesia, karena ukuran otaknya lebih besar dibanding otak orang biasa. Jadi, Ceci enggak bisa naik pesawat lebih dari 5 jam. Tapi tahun depan kata dokter sudah bisa kesini. Doakan saja ya," ucap Anna dengan senyuman kecilnya.
Anna kembali bercerita, putrinya, Ceci adalah anak yang pintar. Saat SMA, dia mendapatkan skor TOEFL terbaik se-SMA dengan nilai 600 dan pernah menjadi karyawan terbaik di Amerika.
"Ceci enggak pernah cerita kalau menang apa, lolos apa, dia enggak mau cerita. Dia bilang, itu biasa saja enggak usah di cerita-ceritain," ucap Anna.
Anna yang sudah menjadi pemandu di anjungan Sumatra Barat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) selama 38 tahun ini berharap agar anaknya sehat dan rumah tangganya rukun.
"Kalau minta anak itu kan di tangan Tuhan ibu enggak minta apa-apa. Asal Ceci baik-baik aja di sana," harap Anna. (Yunike Lusi)
Editor | : Bambang Priyo Jatmiko |
Sumber | : Tribunnews.com |