Jakarta - Satelit dengan berat tak kurang dari 5 ton alias sebesar bus akan jatuh ke Bumi besok, 23 September. Di manakah satelit milik AS tersebut akan jatuh? Namun Badan Antariksa AS memastikan wilayah Amerika Utara aman.Satelit yang akan jatuh ke bumi itu adalah Upper Atmospheric Research Satellite (UARS). Setelah melewati atmosfer Bumi, satelit ini bisa jatuh di mana saja, antara 57 derajat utara dan 57 derajat selatan ekuator.
Dari space.com, Rabu (21/9/2011), Badan Antariksa AS menyebut masih terlalu dini untuk tahu persis di mana satelit itu akan jatuh. Para ilmuwan di NASA akan memiliki gambaran yang lebih baik tentang lokasi tepat jatuhnya puing-puing satelit sekitar 2 jam sebelum benda angkasa itu jatuh. Sementara hanya Amerika Utara yang dipastikan bebas dari serpihan UARS.
Ilmuwan memperkirakan sampah angkasa ini jatuh pada 23 September sore berdasar waktu Amerika bagian timur (Eastern Daylight Time). Satelit tidak akan melewati Amerika Utara selama jangka waktu tersebut.
"Masih terlalu dini untuk memprediksi waktu dan lokasi masuknya kembali satelit ini ke Bumi. Prediksi akan lebih tepat dalam 24 sampai 48 jam berikutnya," ucap petugas NASA.
NASA dan Angkatan Udara AS akan terus memonitor satelit itu dan orbitnya. "Saat (satelit) masuk kembali (ke Bumi), kami selalu mengamati detail dari hari ke hari dan jam ke jam," kata seorang ilmuwan dari NASA, Mark Matney.
Menurutnya, sangat sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi. Dengan model yang dimiliki, mereka berupaya untuk menggambarkan bagian dari satelit tersebut, yakni material pembuat satelit. Satelit itu nantinya akan masuk ke atmosfer, sehingga dengan mengetahui material satelit akan diketahui bagian mana yang meleleh di atmosfer dan mana yang masih utuh saat jatuh di tanah.
Serpihan satelit ini bisa jatuh di mana saja, antara garis lintang utara Kanada dan selatan Amerika Selatan. Direktur Secure World Foundation, lembaga yang didedikasikan untuk penggunaan luar angkasa dengan damai menyebut, "Bentuk struktur tidak bulat sempurna, jadi ketika itu memanas dan mulai pecah , akan pecah menjadi potongan-potongan yang aneh".
Para ilmuwan di Orbital Debris Program Office NASA memperkirakan setidaknya ada 26 potongan besar dari satelit sebesar bus itu yang akan jatuh. Kira-kira 532 kg material satelit itu akan mendarat di Bumi. Serpihan ini akan tersebar dalam rentang wilayah seluas sekitar 804 km. Namun Badan Antariksa AS mengatakan, kemungkinan kecil satelit ini akan jatuh dan menghancurkan kota. Kemungkinan besar kepingan satelit akan jatuh ke air atau daerah terpencil.
"Selalu ada kekhawatiran," kata Matney. "Tapi daerah-daerah berpenduduk adalah sebagian kecil dari permukaan bumi. Karena sebagian besar permukaan bumi tidak ada orangnya atau orang-orangnya sangat sedikit. Kami percaya bahwa risikonya sangat kecil," imbuhnya.
NASA telah mengkalkulasi bahwa kemungkinan seseorang akan kejatuhan serpihan satelit adalah 1:3.200. Meski demikian, jika ada yang menemukan potongan UARS, demi alasan keamanan sebaiknya potongan tersebut jangan disentuh, dan segera laporkan pada aparat.
"Jika Anda menemukan sesuatu yang mungkin merupakan bagian UARS, jangan disentuh. Kontak aparat setempat untuk bantuan," kata pejabat NASA.
Untuk diketahui, UARS sejak 21 September telah terpantau melintasi Indonesia. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mendeteksi benda tersebut melintasi Nusantara dengan ketinggian di bawah 200 km.
Berapa ketinggian pastinya, Anda bisa ikut mengamati pemantauan benda jatuh angkasa melalui situs http://foss.dirgantara-lapan.or.id/orbit. Dari peta yang ditampilkan, ada garis berwarna hijau yang menunjukkan bahwa UARS berada di ketinggian 150-200 km. Peta ini menunjukkan pemantauan sejak 1 jam yang lalu hingga 1 jam ke depan.
Jika gambar di peta menunjukkan warna kuning, artinya benda antariksa itu berada di ketinggian 122-150 km. Menurut LAPAN, pada umumnya suatu benda dikatakan jatuh jika ketinggiannya mencapai 122 km. Tapi suatu benda antariksa dikatakan dalam posisi membahayakan penduduk Indonesia jika pantauan garisnya menunjukkan warna merah, di mana ketinggiannya sudah mencapai 90-122 km.
Meski melintas di Indonesia nanti tapi itu tidak mengindikasikan apa-apa tentang waktu dan lokasi jatuhnya. Hanya pertanda awal bahwa UARS berpotensi jatuh ke Indonesia. "Harap dipahami, kalau sudah warna merah, nah itu kita perlu waspada," kata peneliti bidang matahari dan antariksa LAPAN, Abdul Rahman kemarin.
sumber: www.detiknews.com
Post a Comment